Rabu, 30 November 2016

4 Macam Golongan Manusia Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

Dalam salah satu taushiyahnya Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah membagi 4 Macam Golongan Manusia. Pertama, Mereka Yang Hati Dan Lisannya Mati. Kedua, Mereka yang mati hatinya namun lisannya bercerita. ketiga mereka yang kelu lidahnya, tetapi hayat hatinya. dan terakhir mereka yang berilmu dan berkarya sesuai ilmunya.

Lantas bagaimanakah cara kita mengkondisikan dunia batiniah kita yang berada di dalam serta menghbungkannya dengan aktifitas keseharian lahiriah? Dalam nasehatnya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani seolah menumpukan kondisi ini pada tiga hal, hati, lisan dan karya. Kondisi hati harus senantiasa hidup dan aktif, sedangkan kondisi lisan sebaiknya selalu pasif dan mati, sedangkan badan harus selalu berkarya dan berkreasi.

Dalam salah satu wasiatnya sebagaimana dinukil oleh Syikh Nawawi Al-Bantani dalam Nashaihul Ibad, Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah berpendapat bahwa tipe manusia dapat dibagi dalam empat kelompok besar:

Pertama: Yaitu kelompok manusia yang tidak berlidah dan tidak berhati merekalah para pendurhaka kepada Allah. Maka janganlah kita sampai tergolong seperti mereka, apalagi berteman dengannya. Karena merekalah penghuni sah neraka.

Kedua: Yaitu golongan yang memiliki lisan tetapi tidak berhati. Mereka berbicara dengan manisnya hikmah namun tidak mengamalkannya. Bahkan mereka mengajak orang-orang untuk menuju Allah swt. Tetapi mereka sendiri malah menjauhkan diri dari-Nya. Kepada mereka Syaikh Abdul Qadir mewanti-wanti kepada jangan sampai terbujuk keindahan rangakaian katanya yang dapat membakar mu bahkan dapat pula kebusukan hatinya membunuhmu.

Ketiga: Yaitu kelompok memiliki hati tetapi tidak berlisan, merekalah orang mukmin yang disembunyikan Allah swt dari orang lain, serta Allah jaga matanya dengan perasaan hina akan dirinya sendiri. Kepada hati kelompok inilah Allah memberikan cahaya, sehingga mereka mengerti dampak bergumul (terusmenerus) dengan sesama manusia serta bahayanya banyak bicara. Mereka inilah kekasih (wali) Allah swt yang senantiasa disembunyikan Allah (dari khalayak ramai).

Keempat: Yaitu orang-orang yang belajar dan mengajar dan beramal dengan ilmunya itulah orang-orang yang mengerti kebesaran Allah. Oleh karena itulah menitipkan dalam hati mereka berbagai ilmu dan pengetahuan dan juga Allah lapangkan dadanya guna menerima titipan-titpan pengetahuan tersebut.

Maka kepada kelompok terakhir ini jangan sampai kita menjauhinya apalagi menentangnya. Bahkan kalau perlu sering-seringlah mendekatinya agar mendapatkan nasihat yang berguna.

Demikianlah empat macam golongan manusia hasil pengkelompokan Syiakh Abdul Qadi al-Jailani. Tentunya pengelompokan ini merupakan hasil penelitian yang cermat dengan berbagai pertimbangan dhahir dan bathin. Mengingat beliau sebagai seoang sayyidul auliya yang mengetahui dengan persis karakter manusia-manusia yang dicintai maupun dibenci Allah swt.

Selanjutnya Syaikh Abdul Qadir menutup nasihat dan hasil penelitiannya ini dengan sebuah penekanan yang berbunyai:

Ketahuiah bahwa pokok-pokok ajaran zuhud adalah menjauhi berbagai hal-hal yang dilarang (haramkan) Allah swt, baik yang besar maupun kecil. Serta menjalankan berbagai kewajiban (faraidh) baik yang mudah maupun yang susah. Serta menyerahkan urusan dunia kepada para aahlinya (yang berekepentingan) baik urusan kecil maupun urursan besar. 

Keterangan penutup ini seolah memberikan isyarat kepada kita semua bahwa zuhud bukanlah sesuatu yang berat dan spesial yang hanya bisa dilakukan orang-orang tertentu. tetapi zuhud adalah laku alamiah yang dapat dicapai dengan berlatih dan berlatih memulai dari hal yang kecil. Zuhud tidak semata bersifat penghindaran, tetapi juga bersifat pelaksanaan. Dengan melaksanakan berbagai kewajiban syariah sama artinya dengan melatih diri membisakan zuhud.

Dari keterangan di atas marilah kita meraba diri kita sendiri, termasuk ke dalam kelompok manakah diri ini. Janganlah kita menilai orang lain dengan mengelompokkan dalam kelompok yang buruk. Karena menganggap orang lain lebih buruk dari diri kita adalah suatu keburukan sendiri.

Demikianlah pembahasan 4 Macam Golongan Manusia Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani semoga Allah SWT memposisikan kita dalam kelompok orang-orang yang beruntung dan dicintai-Nya. Walaupun untuk menuju kesana kita sangat mengandalkan petunjuk dari-Nya. Amin.

Pilih Miskin Yang Sabar Atau Kaya Yang Bersyukur

Manakah yang lebih baik, miskin yang sabar ataukah kaya yang bersyukur?
Jika kita disodori dua pilihan ini, jujur saja, akan banyak diatara kita yang mengambil pilihan kedua, kaya yang bersyukur. Karena secara naluri, kita lebih siap untuk menikmati kekayaan dari pada menderita kemiskinan.

Antara Nabi Ayub & Nabi Sulaiman ‘alaihimas Salam

Dalam perjalanan panjang sejarah kehidupan manusia, Allah telah mencipatakan dua tipe mausia di atas, agar dijadikan panutan bagi masyarakat generasi berikutnya. Allah ciptakan Nabi Ayub sebagai sosok yang dikenal sangat penyabar, di tengah ujian sangat berat yang beliau alami. Terkadang ada orang yang diberi nikmat harta namun tidak memiliki nikmat sehat. Dia tidak bisa menikmati hartanya, karena sakit-sakitan.

Sebaliknya, ada yang diberi nikmat sehat wal-afiyat tapi tidak berharta. Ketika dia menginginkan untuk menikmati banyak hal, namun tidak bisa terwujud. Karena kantongnya tidak cukup untuk menjangkaunya. Yang terjadi pada Nabi Ayub, beliau mendapatkan kedua-duanya. Beliau menderita kemiskinan sangat parah, dan sakit fisik yang juga sangat mengenaskan. Allah sebutkan doa Ayub,

وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ

Ingatlah hamba Kami, Ayub. Ketika dia berdoa memanggil Rabnya, “Sesunngguhnya setan menimpakan kemadharatan kepada dengannusb dan adzab.” (QS. Shad: 41)

Sebagian ahli tafsir menyebutkan,

Makna nusb: Musibah sakit yang beliau derita.
Makna adzab: Musibah yang membersihakn semua harta dan anaknya.

Sebelumnya, Ayub adalah oang soleh yang sangat kaya, hartanya melimpah dan memiliki banyak anak. Allah mengujinya, dengan membalik keadaannya. Hebatnya, datangnya semua ujian itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Semua anaknya diambil berikut hartanya. Sanak kerabatnya menjauhinya, hingga beliau harus keliling dari satu sampah ke sampah untuk mendapatkan sesuap makanan. Sampai akhirnya beliau sakit parah, tidak ada bagian kulit seluas titik jarum yang sepi dari penyakit. Semua orang menjauhinya, selain satu istrinya yang setia mendampinginya, karena imannya kepada Allah. Semoga Allah meridhai istri Ayub. Menurut catatan Ibnu Katsir, ini terjadi selama 18 tahun. (Tafsir Ibn Katsir, 7/74).

Di sisi lain, Allah ciptakan Nabi Sulaiman sebagai sosok yang dikenal sangat pandai bersyukur, di tengah melimpahnya fasilitas dunia yang beliau miliki. Beliau menjadi raja  yang kekuasaan meliputi alam manusia, jin, dan binatang. Itulah doa beliau yang Allah kabulkan, sehingga beliau menjadi penguasa paling top markotop diantara manusia.

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Sulaiman berdoa, wahai Rabku, berikanlah aku kerajaan yang tidak layak untuk dimiliki oleh seorangpun sesudahku. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pemberi. (QS. Shad: 35)

Dua model manusia ini, Allah sandingkan ceritanya dalam surat Shad, antara ayat 30 sampai 44. Dan keduannya, baik Ayub maupun Sulaiman, Allah sebut di akhir cerita,

نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Dia (Sulaiman dan Ayub) adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia orang yang suka bertaubat. (QS. Shad: 30 dan 44).

Artinya, baik miskin yang sabar maupun kaya yang bersyukur, di sisi Allah statusnya sama-sama hamba yang baik. Tinggal selanjutnya, siapa yang lebih bertaqwa diantara mereka, itulah yang terbaik. Allah berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa. (QS. al-Hujurat: 13).

Sosok Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau Uswatun Hasanah bagi umat. Satu-satunya manusia yang hidupnya dijadikan sumpah oleh Allah. Ketika Allah menceritakan kejahatan kaum sodom, Allah bersumpah menyebut ‘Demi umurmu.’

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ

Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka mabuk dalam kesesatan. (al-Hijr: 72).
Allah bersumpah demi umur, kehidupan dan keberadaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dunia.
Ibnu Katsir menyebutkan riwayat keterangan dari Ibnu Abbas,

ما خلق الله وما ذرأ وما برأ نفسًا أكرم عليه من محمد صلى الله عليه وسلم، وما سمعت الله أقسم بحياة أحد غيره

Belum pernah Allah menciptakan dan menumbuhkan manusia yang lebih mulia dari pada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku belum pernah mendengar Allah bersumpah dengan kehidupan seorangpun selain beliau. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/542).

Dalam urusan syukur dan sabar, beliau mengumpulkan akhlak Nabi Ayub dan akhlak Nabi Sulaiman. Beliau kaya yang bersyukur dan sekaligus miskin yang sabar.

Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

مَا سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى الإِسْلاَمِ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ – قَالَ – فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءً لاَ يَخْشَى الْفَاقَةَ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah diminta untuk kemaslahatan islam, kecuali beliau pasti memberinya. Hingga suatu ketika datang seseorang (kepala suku), kemudian beliau memberikan kambing satu lembah kepada orang ini. Spontan dia pulang ke sukunya, dan mengatakan, “Wahai kaummu, masuklah ke dalam islam. Karena Muhammad memberikan harta layaknya orang yang tidak takut miskin.” (HR. Muslim 6160).

Dan hingga kini, kita belum pernah menjumpai ada orang yang mendermakan harta kambing satu lembah. Beliau juga pernah memotong 100 ekor onta. Jika satu onta seharga 12 juta, berarti beliau berkurban senilai kurang lebih 1,2 Milyar. Itu korban perorangan, bukan perusahaan.

Di sisi lain, beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu, karena tidak memiliki makanan. Beliau dan para istrinya tidak pernah kenyang selama 3 hari berturut-turut.

Aisyah menjadi saksi sejarah kehidupan di keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ طَعَامِ الْبُرِّ ثَلاَثَ لَيَالٍ تِبَاعًا ، حَتَّى قُبِضَ

Tidak pernah keluarga Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kenyang dengan makanan dari gandum halus selama 3 hari berturut-turut, sejak beliau tiba di Madinah hingga beliau diwafatkan. (HR. Bukhari 5416, Muslim 7633 dan yang lainnya).

Kita yakin, kondisi semacam ini tidak pernah kita jumpai di keluarga kita. Kita tidak pernah sampai berfikir: adakah makanan esok pagi? Bahkan untuk bisa kenyang selama 1 bulan, kita tidak pernah memikirkannya.

Mengalir Sesuai Keadaan
Siapapun orangnya, dia tidak akan bisa memilih dan memaksakan diri untuk menjadi miskin yang sabar atau kaya yang bersyukur. Anda yang berada dalam kondisi miskin, tidak bisa memaksa Sang Pencipta untuk menjadikan anda kaya. Demikian pula sebaliknya. Anda yang dalam kondisi kecukupan, tidak bisa memaksa Sang Kuasa untuk mengubah anda agar bisa mencicipi kemiskinan.

Itu berarti, yang seharusnya yang dominan di pikiran orang kaya bukan bagaimana bisa jadi miskin, namun bagaimana dia bisa memaksimalkan syukur kepada Allah. Karena itulah yang menjadi tugasnya. Dan Saya yakin, semua orang sepakat akan hal ini.

Kita simak kondisi sebaliknya, seharusnya yang fokus dipikirkan orang miskin bukan bagaimana dia bisa jadi kaya. Namun yang dia pikirkan, bagaimana dia bisa ridha dengan ketetapan Allah dan bersabar. Karena itulah tugasnya.

Anda sepakat ini??
Seperti inilah yang dinasehatkan oleh cucu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘anhuma,

مَنِ اتَّـكَـلَ عَلَى حُسْنِ اخْتِيَارِ اللهِ لَـهُ لَـمْ يَـتَـمَنَّ شَيئًا

Siapa yang pasrah terhadap pilihan terbaik yang Allah berikan kepadanya, dia tidak berangan-angan untuk menggapai sesuatu yang lain. (Kanzul Ummal, Ibnu Asakir, no. 8538).

Jika ada yang komentar, ‘Berarti anda memotivasi orang miskin agar tetap jadi miskin, dan tidak bekerja, atau berusaha.’

Bagi yang berkomentar demikian, berarti daya tangkapnya terlalu rendah untuk memahami kalimat di atas. Sama sekali keterangan di atas tidak berisi motivasi orang miskin untuk tidak bekerja dan berusaha. Hanya menjelaskan tugas orang miskin di kondisi miskinnya, yaitu ridha dan bersabar. Sementara urusan bekerja dan mengejar dunia, ini sejalan dengan nafsunya, sehingga tidak perlu banyak motivasi.

Mukmin: Antara Sabar dan Syukur
Inilah tabiat setiap mukmin sejati. Mereka tidak pernah lepas dari dua tugas itu, antara bersyukur ketika mendapat nikmat dan bersabar ketika musibah. Bahkan tabiat ini membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamterheran dengan mereka. Dalam sebuah sabdanya, beliau memuji orang yang beriman,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh mengherankan kondisi orang yang beriman, semua urusannya baik. Itu tidak dimiliki kecuali oleh orang yang beriman. Ketika dia mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan ketika dia mendapatkan musibah, dia bersabar, dan itu baik baginya..

Amalan Agar Selamat Di Hari Kiamat

Pagi dan sore merupakan waktu di mana warga bumi sibuk. Pagi ialah waktu matahari mengintip. Lazimnya orang-orang mengawali aktivitas. Sementara sore kawanan burung bergegas pulang. Dan orang-orang membawa pulang keletihannya seharian. Ada dua waktu yang bisa diisi dengan wiridan singkat yang diharapkan memberikan manfaat besar, Tentu pahala penting.

Bujairimi dalam Hasyiyah alal Iqna’menceritakan pengalaman Imam Hanafi RA yang melihat Allah SWT dalam mimpi. Ketika sudah 99 kali bermimpi melihat Allah, Imam Hanafi RA berencana menanyakan sebuah amal yang menyelamatkan seorang hamba dari siksa dahsyat hari Qiyamah, Allah kemudian menjawab pertanyaan sang Imam RA di mimpinya yang ke-100.

فقال سبحان وتعالى: من قال بالغداة والعشي “سبحان الأبدي الأبد، سبحان الواحد الأحد، سبحان الفرد الصمد، سبحان من رفع السماء بغير عمد، سبحان من بسط الأرض على ماء جمد، سبحان من خلق الخلق وأحصاهم عدد، سبحان من قسم الرزق ولم ينس أحد، سبحان الذي لم يتخذ صاحبة ولا ولد، سبحان الذي لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد” نجا من عذابي. ذكره صاحب معجم الأحباب.


Allah berfirman, “Siapa saja yang membaca di pagi dan sore ‘Subhanal abadiyyil abad, subhanal fardis shomad, subhana man rofa’as sama’a bi ghoiri ‘amad, subhana man basathol ardho ‘ala ma’in jamad, subhana man khalaqol khalqo wa ahshohum ‘adad, subhana man qosamar rizqo wa lam yansa ahad, subhanal ladzi lam yattakhidz shohibatan wa la walad, subhanal ladzi lam yalid wa lam yulad wa lam yaqul lahu kufuwan ahad’, maka akan selamat dari siksa-Ku.” Demikian disebutkan oleh penulis Mu’jamul Ahbab.

Sepadat apapun, kita sebaiknya tidak membiarkan pagi dan sore meluncur tanpa mengucapkan pujian tasbih ini. Untuk menambah manis pagi dan sore, perlu juga menebarkan senyum kepada sesama makhluq. Wallahu a’lam. (Alhafiz K)

6 Hadist Tentang Menuntut Ilmu Dalam Islam

Setelah kita mengetahui pengertian ilmu dan kedudukan ilmu serta pembahasan tentang keutamaan menuntut ilmu maka dalam kajian islam ini kita akan membahas Hadist Tentang  Menuntut Ilmu dalam islam.

Mungkin kita hanya mengkutip sebagian dari hadist tentang menuntut ilmu tapi inti dari pembahasan kita mengena dan mudah di pahami.

1. Hadits “Keutamaan Mempelajari Al Qur’an”
Artinya : ”Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari)

2. Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu”
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

3. Hadits “Menginginkan Kebahagiaan Dunia-Akhirat Harus Wajib dengan Ilmu”
Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

4. Hadits “Keutamaan Mencari Ilmu”
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)

5. Hadits “Kewajiban dan Keutamaan Menuntut Ilmu”

Artinya : ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)

6. Hadits “Menuntut Ilmu”

Artinya : ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits)

Golongan Orang Yang Dirindukan Surga

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. ( Al Baqarah : 25 )

Ayat di atas adalah berita gembira bagi meraka orang yang beriman tentang adanya kenikmatan kehidupan di dalam surga. Dan sebagai orang yang yang beriman dan orang yang selalu berbuat baik baginya surga yang kekal di dalamnya..

Kita sebagai seorang muslim, momen bulan suci ramadhan adalah untuk selalu mendekatkan kita kepada Allah SWT agar selalu istikomah dalam beribadah. Kewajiban menjalankan Puasa ramadhan Jangan seperti gendang, di depan tertutup, di belakang tertutup, tapi di tengah-tengahnya kosong. Maksudnya, ketika di awal Ramadhan semuanya berbondong-bondong menjalankan puasa namun ketika memasuki pertengahan tidak menjalankan puasa dan akan kembali berpuasa ketika menjelang hari-hari terakhir.

Ini tidak berlebihan karena di masyarakat kita terkadang masih banyak yang demikian. Puasa hanya dilakukan di awal dan mendekati akhir bulan Ramadhan saja. Padahal kewajiban puasa bukan sebatas itu. Kita semua umat Islam diwajibkan berpuasa selama bulan Ramadhan. Hal itu dimaksudkan agar ibadah puasa kita akan memberikan dampak yang baik kepada kita, khususnya keimanan kita. Sehingga setelah selesai dari Bulan Puasa, kita semua kembali kedalam keadaan yang fitri atau suci dan menjadi golongan hamba-hamba yang dirindukan oleh Surga di hari kemudian.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist nabi, ada empat Golongan Orang Yang Dirindukan Surga. Keempat golngan yang dirindukan surga tersebut diantaranya adalah:

Pertama: Orang-orang yang suka membaca, memahami dan mengamalkan Al Quran.
Di bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dan kebaikan sangat diutamakan untuk memeperbanyak membaca Al Quran. Surat yang kita baca akan memberikan syafaat dihari kemudian dan akan menjadikan kita termasuk orang –orang yang dirindukan oleh surga.

Kedua adalah: Orang-orang yang mampu menjaga lisannya. Lisan adalah merupakan organ tubuh manusia yang sangat sensitif, karena orang bisa selamat dan dipandang baik dari lisannya. Begitupula sebaliknya, orang bisa dinilai buruk juga dilihat dari ucapan lisannya. Banyak orang bisa berpuasa menahan lapar dan haus namun terkadang tidak dapat menjaga dan menahan lisannya dari menceritakan aib atau kejelekan orang lain.

Oleh karenanya, melalui latihan berpuasa di Bulan Ramadhan ini, sebagai media latihan bagi kita untuk selain kita bisa menjaga dan menahan lapar dan dahaga juga bisa menjaga lisan kita dari mengucapkan hal-hal yang dibenci oleh Allah. Sehingga pada akhirnya kita menjadi orang-orang yang dikasihi dan disayangai oleh Allah karena dapat menjaga lisan kita dengan baik.

Ketiga: Golongan orang yang dirindukan surga adalah orang-orang yang dermawan. Orang –orang yang mampu dengan hartanya memberikan kepada mereka yang membutuhkan dan menjadikannya jihad fisabilillah. Selama puasa, kita dianjurkan memperbanyak sedekah kepada mereka yang tidak punya. Mulai dari yang dekat, terutama tetangga dan sanak kerabat.

Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

 “Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” [HR. Tirmizi]

Keempat adalah: Orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan. Orang yang berpuasa adalah termasuk bagian dari salah satu kelompok yang sangat dirindukan surga. Oleh karenanya dijelaskan dalam suatu riwayat bahwa di surga nanti terdapat bermacam-macam pintu yang bisa dilalui oleh para penghuni surga dan salah satu pintu masuk itu adalah bernama “arroyyan” yang mana pintu ini disiapkan khusus bagi umat Islam yang berpuasa.

Semoga dengan kebaikan dan keberkahan bulan Ramadhan, kita termasuk ke dalam salah satu diantara empat golongan yang dirindukan surga. Yaitu, orang yang suka membaca Al Quran, memahami, dan mengamalkan Al Qur`an, orang yang dapat menjaga lisannya, orang yang dermawan dan orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan. Amiin..!!