Manusia hanya bagaikan debu yang suatu saat akan hilang dan lenyap. Kesombongan hanya akan membawa Anda pada penyesalan yang sangat dalam.
Rasulullah SAW menjelaskan sombong (takabbur) sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”.
Ada beberapa faktor penyebab sifat "KESOMBONGAN" pada manusia :
1. Faktor Materi
Sangat jelas! sikat ini sudah pasti karena Anda merasa lebih kaya, lebih rupawan atau lebih terhormat daripada orang lain.
2. Faktor Kecerdasan
Disebabkan oleh Anda merasa lebih pintar, lebih kompeten atau lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
3. Faktor Kebaikan, agar dilihat orang lain
Sifat ini juga termasuk sifat sombong. Berbuat kebaikan dengan niat mengharapkan agar orang lain mengetahuinya.
Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, maka semakin sulit pula Anda bisa mendeteksinya.
Sombong karena kebaikan sangat mudah terlihat, namun juga sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena materi, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam Batin Anda.
Munculnya sifat Sombong di Hati Manusia
Seperti yang kita ketahui manusia diberi kelebihan dan kekurangan oleh Allah swt agar selalu bersyukur dan mawas diri terhadap karunia yang kita miliki entah itu ilmu, harta jabatan atau kelebihan lainnya. Akan teetapi dengan semuanya yang karunia tersebut manusia dihadapkan pada suatu keadaan dimana bisa mempertangungjawabkan semuanya dihadapan Allah swt kelak diakhirat. Jika kita mamapu amanah terhadap terhadap nikmat dan karunia Allah dengan syukur dan beriman kepada Allah maka surga balasanya akan tetapi kita kufur dan dusta maka neraka tempatnya.
1. Apa itu Sombong (Takabbur)
1. Apa itu Sombong (Takabbur)
Rasulullah SAW mendefinisikan Sombong (Takabbur) sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”.
Nabi menyampaikan kepada orang yang mempertanyakan sikap salah seorang sahabat yang suka memakai baju dan sendal bagus. Sabda Nabi : "Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takabbur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. HR. Muslim.
2. BAHAYA TAKABBUR
Takabbur sangat berbahaya bagi manusia. Ia merupakan kesalahan pertama yang dilakukan makhluk Allah (iblis) di dunia ini, yang menyebabkannya diusir dari surga.
Pada kenyataannya takabbur itu menyebabkan hal-hal berikut ini :
1. Jauh dari kebenaran.
2. Terkunci mati hatinya
3. Mengalami kegagalan dan kebinasaan.4. Tidak disukai Allah.5. Tidak akan masuk sorga. 6. Akan menjadi penghuni neraka Jahannam.
Ketika seseorang memiliki sifat sombong, maka ia akan tertutup dari akhlak mulia yang ada dalam diri manusia, antara lain :
1. Tidak akan mencintai sesama muslim sebagaimana ia mencintai diri sendiri. ia selalu memandang orang lain lebih rendah dari dirinya sendiri.2. Tidak akan tawadhu’(rendah hati), karena selalu merasa lebih baik.
3. Tidak akan dapat meninggalkan rasa dendam, karena merasa mampu membalas fihak yang merugikannya.
4. Tidak dapat jujur. Karena untuk menutupi kekurangan tidak jarang ia harus berdusta.
5. Tidak akan dapat mengendalikan marah. Karena merasa mampu melampiaskannya
6. Tidak bisa melepaskan diri dari sifat hasad (iri)
7. Tidak dapat menasehati atau menerima nasehat dengan lembut dan halus
8. Selalu memandang rendah orang lain.
3. PENYEBAB TAKABBUR
Pada umumnya orang yang sombong adalah orang yang memiliki kebanggaan diri, karena memiliki sifat, kemampuan atau prestasi lebih dari yang lain.
1. Ilmu
Takabbur karena ilmu sangat mudah terjadi, yaitu dengan munculnya perasaan lebih mulia dari orang lain. Atau merasa telah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah dengan ilmunya (QS 58:11). Ia lebih mengkhawatirkan orang lain daripada diri sendiri. Kesombongan karena ilmu ini mudah terjadi karena dua hal :
a. ilmu yang dipelajari bukan ilmu hakiki. Karena hakekat ilmu adalah yang mampu memperkenalkan manusia akan Rabb-nya, keadaan ketika bertemu Allah dan hijab yang menghalanginya dari Allah. Ilmu yang demikian akan melahirkan sikap tawadhu’(rendah hati) bukan takabbur. QS 35:28
b. keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya dan jadilah takabbur dengan ilmu yang didapatnya.
2. Amal Ibadah
Orang yang masuk dalam kehidupan zuhud (konsentrasi dalam ibadah) tidak otomatis terbebas dari takabbur. Misalnya dengan zuhudnya itu, merasa lebih layak dikunjungi daripada mengunjungi. Lebih layak dibantu daripada membantu, menganggap orang lain sengsara di neraka dan merasa hanya dirinya yang selamat. dst.
Rasulullah bersabda :
“Jika kamu mendengar ada orang yang berkata : “Binasa semua manusia” maka dialah yang paling dahulu binasa.” HR Muslim.
Dengan pernyataan ini ia membanggakan diri dan meremehkan orang lain.
3. Hasab (kedudukan) dan Nasab (keturunan)
Orang yang berasal dari keluarga terhormat mudah meremehkan orang lain yang datang dari keluarga bukan terhormat, meskipun orang itu lebih baik ilmu dan amalnya, dan bahkan takabbur karena faktor ini sering kali membuat ia menganggap orang lain sebagai budaknya, dan rasa keberatan untuk berbaur dengan mereka.
Dari Abu Dzarr ra berkata: "Suatu hari pernah aku bersengketa dengan seseorang (Bilal) di hadapan Nabi. Lalu aku berkata kepada orang itu “Hai anak hitam”. Nabi segera memotong ucapanku: “Hai Abu Dzarr, tiada lebih baik orang putih dari yang hitam, kecuali dengan taqwa”. Mendengar itu saya berbaring dan mempersilahkan Bilal untuk menginjak-injak muka saya. (HR Ahmad.)
Dalam hadits di atas, Rasulullah segera menegur orang yang merasa lebih baik keturunannya. Dan Abu Dzarr segera bertaubat menyesali perbuatannya.
4. Al Jamal (ketampanan/kecantikan)
Takabbur karena faktor ini lebih banyak terjadi di kalangan wanita, terwujud dalam celaan, atau gunjingan terhadap kekurangan fihak lain.
Aisyah ra berkata : "Ada seorang wanita yang ingin bertemu Nabi, dan aku katakan kepada Nabi dengan isyarat tanganku yang menunjukkan bahwa wanita itu pendek".
Sabda Nabi ketika itu : ”Sesungguhnya kamu telah menggunjingnya”.
Sikap ini muncul karena adanya kesombongan dalam diri orang seperti Aisyah yang berpostur tubuh lebih baik dari orang tadi. Sebab jika ia berpostur tubuh pendek seperti orang yang diceritakan itu, tentu ia tidak akan mengatakannya.
5. Al Maal (kekayaan)
Takabbur karena kekayaan ini banyak terjadi di kalangan pejabat, penguasa, pedagang, tuan tanah, dan mereka yang memilikinya. Orang yang merasa lebih kaya meremehkan orang yang dipandang kurang kaya dengan ucapan maupun sikap-sikap lainnya.
Hal ini terjadi karena ketidak tahuannya akan fadhilah (keutamaan) orang miskin dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi pada pemilik dua kebun yang congkak dan akhirnya binasa (QS. 18:34-42) atau Qarun yang akhirnya binasa bersama hartanya (QS 28:79-81).
6. Al Quwwah (kekuatan)Kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takabbur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.
7. Al Atba’ (pengikut/pendukung)Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat, dsb. sering memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya. Seorang guru menjadi takabbur karena merasa banyak muridnyaa jump. Seorang pejabat menjadi takabbur karena banyak pengikutnya, Dan masih banyak lagi yang lainnya tapi ini adalah yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan sehari- hari.
Secara umum, setiap nikmat yang bisa dianggap sebagai nilai lebih pada seseorang berpotensi untuk melahirkan benih takabbur pada seseorang.
4. OBAT PENAWAR DARI SIFAT SOMBONG TAKABBUR
Takabbur termasuk penyakit berbahaya yang bisa menyerang siapa saja. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini harus dilakukan dengan serius. Pengobatan intensif terhadap pengidap penyakit ini harus dilakukan dengan cermat dan seksama.
Terdapat dua tahapan utama dalam melakukan terapi penyakit takabbur, yaitu :
1. Pencabutan akar dan pohonnya dari hati.
Untuk mencabut pohon takabbur beserta akar-akarnya diperlukan dua kekuatan, yaitu ilmu dan amal
Ilmu yang dibutuhkan dalam hal ini adalah ma’rifatunnafsi (mengenal diri sendiri) dan ma’rifatullah (mengenal Allah). Dua hal ini sudah cukup untuk mencabut akar takabbur dari hati manusia. Sebab jika seseorang sudah mengenali dirinya sendiri dengan pengenalan yang benar, maka ia akan sadar bahwa ia adalah makhluk hina, lebih lemah dari lainnya, lebih miskin dari siapapun juga. Tidak ada yang pantas baginya kecuali tawadhu’ kepada sesama. Dan jika ia mengenali Allah dengan sebenarnya maka akan diketahuinya bahwa tidak ada yang layak untuk takabbur kecuali Allah – Allahu Akbar.
Amal yang dibutuhkan adalah sikap tawadhu’ kepada sesama manusia karena Allah, dengan senantiasa meneladani akhlak orang-orang shalih sebelumnya seperti akhlak Rasulullah SAW yang makan di atas tanah (tanpa kursi) dan mengatakan :”Sesungguhnya aku adalah hamba biasa yang makannya seperti hamba lainnya”
Tawadhu’ tidak cukup dengan ilmu, ia harus berupa amal. Dari itulah rukun Islam utama setelah syahadat adalah menegakkan shalat karena dalam shalat itu terdapat sekian banyak rahasia hidup dan yang terpenting adalah pembiasaan agar seorang muslim yang mendirikan shalat dengan ruku’ dan sujudnya terbiasa tawadhu’ serta tidak lagi sombong.
Ada banyak hal yang dapat digunakan untuk menguji keberadaan takabbur pada diri seseorang, antara lain lima hal berikut ini :
a. Berdiskusi dengan sesama teman. Jika kebenaran muncul dari orang lain, bagaimanakah tanggapannya, keberatan atau menerima dengan senang.
b. Berkumpul dalam sebuah haflah (acara). Lalu ada orang lain yang lebih diprioritaskan, apakah sikapnya keberatan atau tidak.
c. Memenuhi undangan orang miskin. Pergi ke pasar membelikan sesuatu untuk orang lain
d. Membawa keperluan sendiri, keluarga, atau sahabat dari pasar atau tempat lainnya sampai rumah. Jika keberatan maka ada takabbur. Jika mau karena terpaksa maka itu kemalasan. Jika mau karena disaksikan banyak orang maka itu riya’.
e. Mengenakan pakaian yang sudah kusam. Dsb.
Inilah beberapa kondisi berkumpulnya riya’ dan takabbur pada seseorang. Jika dalam keramaian maka riya’ ikut menjebak, jika dalam kesepian takabbur terus mengintai.
Dengan mengenali keburukan kita kenali kebaikan. Dan dengan mengenali penyakit kita temukan obatnya.
2. Penghindaran dan pengendalian diri
Penyebab takabbur adalah prestasi yang pernah dicapai manusia. Ketidak siapan dan ketidak mampuan menerima hasil dari penyebab-penyebab tertentu berpotensi melahirkan sikap takabbur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar