Merasa lebih percaya diri saat pakai barang bermerek, sibuk foto-foto makanan untuk dipajang di Instagram, dan rajin update lokasi Path jika sedang ngopi-ngopi cantik di kafe mahal. Kegiatan tersebut bisa tergolong sebagai pamer. Istilah pamer identik dengan orang yang suka menyombongkan diri saat punya atau mengalami sesuatu yang keren. Sebenarnya, tidak ada orang yang senang dibilang pamer. Tapi keberadaan media sosial saat ini mendorong banyak orang menjadi tukang pamer.
Postingan foto di Instagram, Path atau Facebook pasti bukan sekadar berbagi kebahagiaan. Bisa jadi karena ingin di-“like” karena itu artinya kamu disukai, gambarmu disenangi, dan mendapat apresiasi. Dalam kata lain eksistensi kamu dipandang oleh orang lain. Tapi memaksakan pamer karena ingin eksis bisa bikin kamu miskin lho.
Pertama. Selalu beli barang baru setiap minggu padahal nggak punya uang :
Siapa di antara kamu yang sering posting foto OOTD ( Outfit of The Day)? Pasti kamu merasa lebih berkelas saat mencantumkan caption jika barang yang kamu pakai bermerek. Produsen barang branded tentunya tidak mengeluarkan koleksi terbaru satu atau dua kali dalam setahun. Ini merupakan trik agar pembeli mendapatkan gengsi saat memilikinya.
Bagi mereka yang eksistensinya di media sosialnya sudah mendapat predikat selebgram, OOTD harus dilakukan setiap hari (sesuai dengan namanya). Itu artinya mereka harus foto dengan baju yang berbeda setiap harinya. Kalau memang mendapat endorse sih tidak masalah. Tapi jika tidak, kocek sendiri pasti dikorbankan. Padahal, belum tentu kamu punya bujet untuk itu.
Kedua, Sangat mengandalkan kartu kredit :
Saat tidak punya uang tapi takut kehabisan barang branded keluaran terbaru, kartu kredit adalah jawabannya. Pola pikir ‘ambil sekarang, bayar nanti’ inilah yang membuatmu susah kaya.
Memang kartu kredit memberikan keuntungan lain berupa reward dan diskon. Tapi kalau kamu selalu menggunakan kartu kredit untuk memenuhi gaya hidupmu, bisa jadi kamu akan terjerat dalam kubangan utang.
Ketiga, Gaji cuma numpang lewat :
Awal bulan adalah saat di mana banyak orang bisa makan enak dan beli barang yang diiiginkan. Tapi karena kebiasaan itu, banyak orang juga harus merana di akhir bulan. Ibaratnya, gajimu hanya numpang lewat. Teman-temanmu di Path dan Instagram selalu menganggap hidupmu serba senang. Kamu selalu makan enak dan liburan ke tempat seru. Tapi sebenarnya jangankan menabung, untuk biaya hidup akhir bulan saja kamu ketar-ketir. Semuanya cuma demi tampilan bagus di Path dan Instagram.
keempat, Punya lebih dari satu tagihan besar yang harus dibayar :
Demi memperlihatkan kalau kamu adalah eksekutif muda yang sukses, kamu pun berani mengambil cicilan mobil dan kredit rumah. Kamu pasti terkesan mapan di mata setiap orang. Padahal kenyataannya, kamu harus membayar tagihan besar setiap bulan meski penghasilan tidak mencukupi. Semua pembelian besar yang kamu lakukan mengandung konsekuensi. Kalau tidak mampu bayar, bukankah artinya hidupmu memang belum mapan?
Kelima, Dikit-dikit ambil cicilan :
Ada istilah yang mahal itu gaya hidup, bukan biaya hidup. Jadi kalau tidak mau jatuh miskin, hiduplah sesuai kemampuan. Cicilan memang memudahkan kamu untuk memiliki sesuatu. Tapi kalau kamu tidak bisa menghitung rasio dengan tepat, pasti akan jadi masalah. Dan, memangnya rela kelaparan hanya demi punya smartphone keluaran terbaru?
Hidupmu kamu sendiri yang menjalani, bukan orang lain. Saat kamu susah, mereka yang menekan tombol like di Path atau Instagram belum tentu membantumu. Eksis di media sosial sah-sah saja. Siapa sih yang tidak ingin disukai orang lain? Tapi kalau dalam sepuluh tahun ke depan eksis-mu justru menjerumuskanmu ke lembah kemiskinan, coba pikir dulu lebih matang.
Postingan foto di Instagram, Path atau Facebook pasti bukan sekadar berbagi kebahagiaan. Bisa jadi karena ingin di-“like” karena itu artinya kamu disukai, gambarmu disenangi, dan mendapat apresiasi. Dalam kata lain eksistensi kamu dipandang oleh orang lain. Tapi memaksakan pamer karena ingin eksis bisa bikin kamu miskin lho.
Pertama. Selalu beli barang baru setiap minggu padahal nggak punya uang :
Siapa di antara kamu yang sering posting foto OOTD ( Outfit of The Day)? Pasti kamu merasa lebih berkelas saat mencantumkan caption jika barang yang kamu pakai bermerek. Produsen barang branded tentunya tidak mengeluarkan koleksi terbaru satu atau dua kali dalam setahun. Ini merupakan trik agar pembeli mendapatkan gengsi saat memilikinya.
Bagi mereka yang eksistensinya di media sosialnya sudah mendapat predikat selebgram, OOTD harus dilakukan setiap hari (sesuai dengan namanya). Itu artinya mereka harus foto dengan baju yang berbeda setiap harinya. Kalau memang mendapat endorse sih tidak masalah. Tapi jika tidak, kocek sendiri pasti dikorbankan. Padahal, belum tentu kamu punya bujet untuk itu.
Kedua, Sangat mengandalkan kartu kredit :
Saat tidak punya uang tapi takut kehabisan barang branded keluaran terbaru, kartu kredit adalah jawabannya. Pola pikir ‘ambil sekarang, bayar nanti’ inilah yang membuatmu susah kaya.
Memang kartu kredit memberikan keuntungan lain berupa reward dan diskon. Tapi kalau kamu selalu menggunakan kartu kredit untuk memenuhi gaya hidupmu, bisa jadi kamu akan terjerat dalam kubangan utang.
Ketiga, Gaji cuma numpang lewat :
Awal bulan adalah saat di mana banyak orang bisa makan enak dan beli barang yang diiiginkan. Tapi karena kebiasaan itu, banyak orang juga harus merana di akhir bulan. Ibaratnya, gajimu hanya numpang lewat. Teman-temanmu di Path dan Instagram selalu menganggap hidupmu serba senang. Kamu selalu makan enak dan liburan ke tempat seru. Tapi sebenarnya jangankan menabung, untuk biaya hidup akhir bulan saja kamu ketar-ketir. Semuanya cuma demi tampilan bagus di Path dan Instagram.
keempat, Punya lebih dari satu tagihan besar yang harus dibayar :
Demi memperlihatkan kalau kamu adalah eksekutif muda yang sukses, kamu pun berani mengambil cicilan mobil dan kredit rumah. Kamu pasti terkesan mapan di mata setiap orang. Padahal kenyataannya, kamu harus membayar tagihan besar setiap bulan meski penghasilan tidak mencukupi. Semua pembelian besar yang kamu lakukan mengandung konsekuensi. Kalau tidak mampu bayar, bukankah artinya hidupmu memang belum mapan?
Kelima, Dikit-dikit ambil cicilan :
Ada istilah yang mahal itu gaya hidup, bukan biaya hidup. Jadi kalau tidak mau jatuh miskin, hiduplah sesuai kemampuan. Cicilan memang memudahkan kamu untuk memiliki sesuatu. Tapi kalau kamu tidak bisa menghitung rasio dengan tepat, pasti akan jadi masalah. Dan, memangnya rela kelaparan hanya demi punya smartphone keluaran terbaru?
Hidupmu kamu sendiri yang menjalani, bukan orang lain. Saat kamu susah, mereka yang menekan tombol like di Path atau Instagram belum tentu membantumu. Eksis di media sosial sah-sah saja. Siapa sih yang tidak ingin disukai orang lain? Tapi kalau dalam sepuluh tahun ke depan eksis-mu justru menjerumuskanmu ke lembah kemiskinan, coba pikir dulu lebih matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar