Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama di bulan Ramadhan. Di bulan yang penuh berkah ini pula, tepatnya hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan 2 H (13 Maret 624 H), pasukan Islam menerjuni peperangan besar melawan pasukan musyrik Quraisy di dekat sumur Badar. Badar adalah daerah yang berjarak 155 km dari Madinah, 310 km dari Makkah, dan 30 km dari pesisir pantai Laut Merah. Rasulullah SAW bersama 83 shahabat Muhajirin, 61 shahabat dari suku Aus, dan 170 shahabat dari suku Khazraj harus menghadapi 1000 orang prajurit musyrik Quraisy yang bersenjata lengkap.
Dengan izin Allah SWT, 70 orang musyrik Quraisy berhasil dibinasakan dan 70 orang musyrik lainnya ditawan. Di kalangan pasukan Islam, 6 shahabat Muhajirin dan 8 shahabat Anshar gugur sebagai syuhada’. Kemenangan telak pasukan Rasulullah SAW yang kecil atas pasukan musyrik yang besar itu diabadikan oleh Allah SWT sebagai yaumul furqan, hari pembeda antara kebenaran dengan kebatilan. Kebenaran Islam dari kebatilan jahiliyyah, kebenaran tauhid dari kebatilan syirik, kebenaran iman dari kebatilan kekufuran. Allah SWT berfirman,
“Jika kalian beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal (8): 41)
Perang Badar adalah peperangan besar pertama antara kekuatan Islam dengan musuh-musuh Islam. Ia memang telah terjadi 1430 tahun yang lalu menurut kalender hijriyah. Namun sampai hari ini, bahkan sampai menjelang hari kiamat kelak, ia akan terus menjadi sumber pelajaran bagi kaum muslimin. Berjuta hikmah senantiasa ia pancarkan sebagai pelita jalan bagi para komandan dan prajurit jihad yang berjuang menegakkan Islam. Para dai, murabbi, mushlih, dan mujaddid, senantiasa menjadikannya sebagai panduan dalam meniti kerasnya jalan dakwah, tarbiyah, ishlah, dan tajdid.
Allah SWT menghendaki perang Badar sebagai pelajaran abadi bagi setiap muslim dan muslimah. Bukan sekedar melantunkan senandung shalawat Badar yang mengandung tawasul bid’ah dan syirik. Juga bukan hanya membaca atau menghafal kisahnya dari buku-buku Sirah Nabawiyah. Lebih dari itu, bagaimana kaum muslimin mengambil pelajaran akidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, politik, ekonomi, dan militer dari perang Badar. Itulah yang dikehendaki oleh Allah SWT sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS. Ali Imran (3): 13)
Saudaraku seislam dan seiman…
Kisah lengkap perang Badar sudah tertulis dalam buku-buku Sirah Nabawiyah. Shalawat Badar sudah terlalu sering kita dengar mengalun syahdu dari masjid dan majlis taklim. Namun, seberapa sering kita merenungkan dan mengambil pelajaran dari perang Badar? Sudahkah kita meluangkan waktu kita di bulan terjadinya perang Badar ini dalam kajian serius tentang hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik darinya? Sudahkah kita menjadi Ulil Abshar (orang-orang yang mempunyai mata hati) yang melaksanakan firman Allah SWT di atas?
Perang Badar adalah panggung nyata pelajaran akidah. Ia mengajarkan kemurnian niat lillahi Ta’ala dalam perjuangan, bukan memburu nikmat duniawi dengan kendaraan agama. Ia mengajarkan tawakal, tsiqah (percaya sepenuhnya), isti’anah (meminta pertolongan), dan istighatsah (meminta pertolongan saat bencana menimpa) kepada Allah semata. Ia menegaskan mu’jizat Nabi SAW, karamah para shahabat, dan turunnya pertolongan Allah. Ia meneguhkan iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan malaikat-Nya. Ia mengajarkan wala’ kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum beriman. Ia mengabadikan bara’ kepada kaum musyrik, walau mereka adalah ayah, anak, saudara, atau kaum kerabat sendiri.
Perang Badar adalah wahana langsung pembelajaran ibadah. Ada pelajaran thaharah lewat air hujan. Ada pelajaran shalat wajib berjama’ah walau musuh sudah sejarak pandangan mata. Ada pelajaran shalat malam dan larut dalam khusyu’nya doa sebagai bekal sebelum berperang. Ada pelajaran dzikir sebelum, ketika, dan sesudah berperang.
Perang Badar mengajarkan akhlak secara praktik. Ia mengajarkan kepada setiap prajurit muslim untuk mendahulukan ajakan Allah dan Rasul-Nya walau tidak sesuai dengan keinginan dan kepentingan pribadi. Ia mengajarkan sikap siap dan taat kepada Rasulullah SAW meski bertolak belakang dengan kepentingan hawa nafsu. Ia mengajarkan pentingnya sabar dan tsabat (teguh, tidak mundur) saat bertemu musuh. Ia mengajari setiap komandan untuk bermusyawarah dengan bawahan, mencintai pasukan, dan mempedulikan semua kebutuhan mereka.
Perang Badar mengajarkan mu’amalah secara benar. Darinya, komandan memahami hak dan kewajibannya terhadap anggota pasukan. Pasukan mengenali hak dan kewajibannya terhadap komandan. Ia juga mengajarkan etika terhadap tawanan, harta rampasan perang, dan tebusan terhadap tawanan.
Perang Badar adalah teladan dalam ilmu kemiliteran. Memilih posisi yang tepat, menyediakan logistic yang cukup, mengirim mata-mata, menghimpun data yang akurat tentang kekuatan musuh, musyawarah komandan dengan para penasehat militer, membangun pos komando, menyiapkan dan mengatur barisan, mengatur siasat perang, ketaatan kepada komandan, kesolidan pasukan, keberanian dan keteguhan di medan laga, dan banyak pelajaran lainnya.
Perang Badar adalah sarana pembelajaran strategi ekonomi. Melemahkan kekuatan ekonomi musuh dengan menghadang dan merampas kafilah dagang mereka agar tidak dipergunakan sebagai sarana memerangi kaum muslimin, adalah tujuan utama keberangkatan pasukan Islam ke medan Badar. Suatu hal yang kini digembar-gemborkan oleh media massa zionis-salibis-sekuleris sebagai pembajakan, perampokan, dan kejahatan terhadap usaha bisnis kapitalis mereka.
Perang Badar juga merupakan ajang pertarungan politik antara kedua belah pasukan. Pihak yang menang akan meraih kepercayaan diri yang tinggi dan penghormatan dari bangsa Arab di seantero Jazirah Arab. Kaum Yahudi mulai memperhitungkan kekuatan kaum muslimin. Dan kaum musyrikin di Madinah terpaksa menampakkan diri sebagai orang-orang muslim, demi menyelamatkan nyawa dan harta mereka. Penduduk Madinah terbagi menjadi tiga; muslim, munafik, dan Yahudi. Kekuasaan Rasulullah SAW di Madinah semakin mantap, sedang kaum Yahudi dan munafik selalu mencari-cari kesempatan yang tepat untuk menikam dari belakang.
Bahkan perang Badar membawa dampak yang sangat luar biasa bagi bidang pendidikan. Anak-anak kaum muslimin di Madinah sibuk belajar baca-tulis. Gurunya adalah para tawanan perang musyrik yang memiliki keahlian baca-tulis, sebagai syarat pembebasan mereka. Pemberantasan buta huruf dan aksara begitu digalakkan. Kebodohan adalah musuh yang harus diperangi, sebagaimana mereka memerangi pasukan musrik di lembah Badar.
Benar yang beradu langsung adalah otot dan senjata di lembah Badar. Namun dimensi dan dampaknya meluas, merambah semua sektor kehidupan kaum muslimin dan kaum musyrikin. Demikian pentingnya kemenangan dan demikian berbahayanya kekalahan dalam perang ini, sehingga semalam suntuk Nabi SAW berdoa sambil menangis dalam shalat malamnya,
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي .. اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي.. اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإسلام لا تُعْبَدْ فِي الأرْضِ!!
“Ya Allah, laksanakanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah, karuniakanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah,jika Engkau membiarkan kelompok kecil umat Islam ini kalah binasa, niscaya Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi!” (HR. Muslim no. 3309)
Saudaraku seiman dan seislam…
Bulan Ramadhan adalah bulan jihad, ribath, dan kemenangan. Kemenangan mujahidin Imarah Thaliban di Afghanistan atas pasukan salibis NATO dan murtadin…kemenangan mujahidin Imarah Islam di Iraq atas pasukan salibis dan murtadin…kemenangan mujahidin Asy-Syabab atas pasukan salibis-murtadin di Somalia…kemenangan mujahidin Aden-Abyan atas pasukan murtadin di Yaman…dan kemenangan-kemenangan mujahidin lainnya di seluruh dunia…semoga merupakan rentetan panjang dari kemenangan telak perdana pasukan Islam di medan Badar tahun 2 H.
Dengan izin Allah SWT, 70 orang musyrik Quraisy berhasil dibinasakan dan 70 orang musyrik lainnya ditawan. Di kalangan pasukan Islam, 6 shahabat Muhajirin dan 8 shahabat Anshar gugur sebagai syuhada’. Kemenangan telak pasukan Rasulullah SAW yang kecil atas pasukan musyrik yang besar itu diabadikan oleh Allah SWT sebagai yaumul furqan, hari pembeda antara kebenaran dengan kebatilan. Kebenaran Islam dari kebatilan jahiliyyah, kebenaran tauhid dari kebatilan syirik, kebenaran iman dari kebatilan kekufuran. Allah SWT berfirman,
“Jika kalian beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal (8): 41)
Perang Badar adalah peperangan besar pertama antara kekuatan Islam dengan musuh-musuh Islam. Ia memang telah terjadi 1430 tahun yang lalu menurut kalender hijriyah. Namun sampai hari ini, bahkan sampai menjelang hari kiamat kelak, ia akan terus menjadi sumber pelajaran bagi kaum muslimin. Berjuta hikmah senantiasa ia pancarkan sebagai pelita jalan bagi para komandan dan prajurit jihad yang berjuang menegakkan Islam. Para dai, murabbi, mushlih, dan mujaddid, senantiasa menjadikannya sebagai panduan dalam meniti kerasnya jalan dakwah, tarbiyah, ishlah, dan tajdid.
Allah SWT menghendaki perang Badar sebagai pelajaran abadi bagi setiap muslim dan muslimah. Bukan sekedar melantunkan senandung shalawat Badar yang mengandung tawasul bid’ah dan syirik. Juga bukan hanya membaca atau menghafal kisahnya dari buku-buku Sirah Nabawiyah. Lebih dari itu, bagaimana kaum muslimin mengambil pelajaran akidah, ibadah, akhlak, mu’amalah, politik, ekonomi, dan militer dari perang Badar. Itulah yang dikehendaki oleh Allah SWT sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS. Ali Imran (3): 13)
Saudaraku seislam dan seiman…
Kisah lengkap perang Badar sudah tertulis dalam buku-buku Sirah Nabawiyah. Shalawat Badar sudah terlalu sering kita dengar mengalun syahdu dari masjid dan majlis taklim. Namun, seberapa sering kita merenungkan dan mengambil pelajaran dari perang Badar? Sudahkah kita meluangkan waktu kita di bulan terjadinya perang Badar ini dalam kajian serius tentang hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik darinya? Sudahkah kita menjadi Ulil Abshar (orang-orang yang mempunyai mata hati) yang melaksanakan firman Allah SWT di atas?
Perang Badar adalah panggung nyata pelajaran akidah. Ia mengajarkan kemurnian niat lillahi Ta’ala dalam perjuangan, bukan memburu nikmat duniawi dengan kendaraan agama. Ia mengajarkan tawakal, tsiqah (percaya sepenuhnya), isti’anah (meminta pertolongan), dan istighatsah (meminta pertolongan saat bencana menimpa) kepada Allah semata. Ia menegaskan mu’jizat Nabi SAW, karamah para shahabat, dan turunnya pertolongan Allah. Ia meneguhkan iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan malaikat-Nya. Ia mengajarkan wala’ kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum beriman. Ia mengabadikan bara’ kepada kaum musyrik, walau mereka adalah ayah, anak, saudara, atau kaum kerabat sendiri.
Perang Badar adalah wahana langsung pembelajaran ibadah. Ada pelajaran thaharah lewat air hujan. Ada pelajaran shalat wajib berjama’ah walau musuh sudah sejarak pandangan mata. Ada pelajaran shalat malam dan larut dalam khusyu’nya doa sebagai bekal sebelum berperang. Ada pelajaran dzikir sebelum, ketika, dan sesudah berperang.
Perang Badar mengajarkan akhlak secara praktik. Ia mengajarkan kepada setiap prajurit muslim untuk mendahulukan ajakan Allah dan Rasul-Nya walau tidak sesuai dengan keinginan dan kepentingan pribadi. Ia mengajarkan sikap siap dan taat kepada Rasulullah SAW meski bertolak belakang dengan kepentingan hawa nafsu. Ia mengajarkan pentingnya sabar dan tsabat (teguh, tidak mundur) saat bertemu musuh. Ia mengajari setiap komandan untuk bermusyawarah dengan bawahan, mencintai pasukan, dan mempedulikan semua kebutuhan mereka.
Perang Badar mengajarkan mu’amalah secara benar. Darinya, komandan memahami hak dan kewajibannya terhadap anggota pasukan. Pasukan mengenali hak dan kewajibannya terhadap komandan. Ia juga mengajarkan etika terhadap tawanan, harta rampasan perang, dan tebusan terhadap tawanan.
Perang Badar adalah teladan dalam ilmu kemiliteran. Memilih posisi yang tepat, menyediakan logistic yang cukup, mengirim mata-mata, menghimpun data yang akurat tentang kekuatan musuh, musyawarah komandan dengan para penasehat militer, membangun pos komando, menyiapkan dan mengatur barisan, mengatur siasat perang, ketaatan kepada komandan, kesolidan pasukan, keberanian dan keteguhan di medan laga, dan banyak pelajaran lainnya.
Perang Badar adalah sarana pembelajaran strategi ekonomi. Melemahkan kekuatan ekonomi musuh dengan menghadang dan merampas kafilah dagang mereka agar tidak dipergunakan sebagai sarana memerangi kaum muslimin, adalah tujuan utama keberangkatan pasukan Islam ke medan Badar. Suatu hal yang kini digembar-gemborkan oleh media massa zionis-salibis-sekuleris sebagai pembajakan, perampokan, dan kejahatan terhadap usaha bisnis kapitalis mereka.
Perang Badar juga merupakan ajang pertarungan politik antara kedua belah pasukan. Pihak yang menang akan meraih kepercayaan diri yang tinggi dan penghormatan dari bangsa Arab di seantero Jazirah Arab. Kaum Yahudi mulai memperhitungkan kekuatan kaum muslimin. Dan kaum musyrikin di Madinah terpaksa menampakkan diri sebagai orang-orang muslim, demi menyelamatkan nyawa dan harta mereka. Penduduk Madinah terbagi menjadi tiga; muslim, munafik, dan Yahudi. Kekuasaan Rasulullah SAW di Madinah semakin mantap, sedang kaum Yahudi dan munafik selalu mencari-cari kesempatan yang tepat untuk menikam dari belakang.
Bahkan perang Badar membawa dampak yang sangat luar biasa bagi bidang pendidikan. Anak-anak kaum muslimin di Madinah sibuk belajar baca-tulis. Gurunya adalah para tawanan perang musyrik yang memiliki keahlian baca-tulis, sebagai syarat pembebasan mereka. Pemberantasan buta huruf dan aksara begitu digalakkan. Kebodohan adalah musuh yang harus diperangi, sebagaimana mereka memerangi pasukan musrik di lembah Badar.
Benar yang beradu langsung adalah otot dan senjata di lembah Badar. Namun dimensi dan dampaknya meluas, merambah semua sektor kehidupan kaum muslimin dan kaum musyrikin. Demikian pentingnya kemenangan dan demikian berbahayanya kekalahan dalam perang ini, sehingga semalam suntuk Nabi SAW berdoa sambil menangis dalam shalat malamnya,
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي .. اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي.. اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإسلام لا تُعْبَدْ فِي الأرْضِ!!
“Ya Allah, laksanakanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah, karuniakanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah,jika Engkau membiarkan kelompok kecil umat Islam ini kalah binasa, niscaya Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi!” (HR. Muslim no. 3309)
Saudaraku seiman dan seislam…
Bulan Ramadhan adalah bulan jihad, ribath, dan kemenangan. Kemenangan mujahidin Imarah Thaliban di Afghanistan atas pasukan salibis NATO dan murtadin…kemenangan mujahidin Imarah Islam di Iraq atas pasukan salibis dan murtadin…kemenangan mujahidin Asy-Syabab atas pasukan salibis-murtadin di Somalia…kemenangan mujahidin Aden-Abyan atas pasukan murtadin di Yaman…dan kemenangan-kemenangan mujahidin lainnya di seluruh dunia…semoga merupakan rentetan panjang dari kemenangan telak perdana pasukan Islam di medan Badar tahun 2 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar