Syaikh Sholeh Alu Syaikh hafidzahullah berkata,
الصَبْرُ مِن الإِيمَانِ بِمَنزِلَةِ الرَأْسِ مِن الجَسَدِ. لِأَنَّ مَن لاَ صَبْرَ لَهُ عَلَى الطَاعَةِ، وَلاَ صَبرَ لَه عَن المَعْصِيَةِ، وَلاَ صَبر َلَهُ عَلَى أَقْدَارِ اللَّهِ المَأْلُمَةِ، فَإنَّهُ يَفُوتُهُ أَكْثَرُ الإِيْمَانِ.
“Kesabaran pada iman seperti kedudukan kepala pada tubuh. Karena orang yang tidak sabar ketika menjalankan keta’atan, tidak sabar (menahan diri) dari maksiat, tidak sabar terhadap takdir Allah yang menyakitkan hati, maka dia akan kehilangan banyak cabang iman lainnya”. [At Tamhid hal. 411]
الصَبْرُ مِن الإِيمَانِ بِمَنزِلَةِ الرَأْسِ مِن الجَسَدِ. لِأَنَّ مَن لاَ صَبْرَ لَهُ عَلَى الطَاعَةِ، وَلاَ صَبرَ لَه عَن المَعْصِيَةِ، وَلاَ صَبر َلَهُ عَلَى أَقْدَارِ اللَّهِ المَأْلُمَةِ، فَإنَّهُ يَفُوتُهُ أَكْثَرُ الإِيْمَانِ.
“Kesabaran pada iman seperti kedudukan kepala pada tubuh. Karena orang yang tidak sabar ketika menjalankan keta’atan, tidak sabar (menahan diri) dari maksiat, tidak sabar terhadap takdir Allah yang menyakitkan hati, maka dia akan kehilangan banyak cabang iman lainnya”. [At Tamhid hal. 411]
Abdurrahman As Sa’di mengatakan di dalam tafsir beliau: “Dan adapun orang yang telah diberikan taufiq oleh Allah untuk bersabar ketika ditimpa ujian lalu dia menahan dirinya untuk tidak benci terhadap ketentuan tersebut baik dengan ucapan dan perbuatan dan berharap pahala dari Allah dan dia mengetahui bahwa apa yang dia dapatkan dari pahala karena kesabaran tersebut atas musibah yang menimpanya, bahkan baginya ujian itu menjadi nikmat karena telah menjadi jalan terwujudnya sesuatu yang lebih baik, maka sungguh dia telah melaksanakan perintah Allah dan berhasil meraih ganjaran yang besar dari sisi-Nya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Kepemimpinan dalam agama akan didapati dengan yakin dan sabar.”
Allah Ta'ala, berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِئَايٰتِنَا يُوقِنُونَ
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah 32: Ayat 24)
Al Imam Al Qurthubi dalam tafsir beliau menukilkan ucapan Sahl bin Abdillah At Tasturi: “Sabar ada dua macam yaitu sabar dari bermaksiat kepada Allah maka ini adalah seorang mujahid; dan sabar dalam ketaatan kepada Allah ini yang dinamakan ahli ibadah.”
Allah Azza wa Jalla, berfirman:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوٓا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 96)
Disebutkan di dalam sebuah atsar, perihal orang-orang sabar pada hari kiamat:
“Didatangkan ahlul bala’ pada hari kiamat. Maka mizan tidak ditegakkan untuk mereka, dan catatan amal tidak dibuka untuk mereka. Mereka dilimpahi banyak kenikmatan. Lalu penghuni surga bertanya, lantaran apa mereka menerima semua itu? Ahlu mauqif (orang-orang yang diberdirikan) bertanya, siapa mereka itu, mengapa mereka tidak dihisab? Lalu mereka (malaikat) menjawab, ‘dengan sebab kesabaran mereka.’
Lalu orang-orang yang diberi banyak kenikmatan di dunia berangan angan andai saja badan-badan mereka dicincang dengan gancu karena mereka melihat kebaikan yang diberikan ahlul bala’ dan orang-orang yang bersabar menghadapinya.” (Majma’ Az-Zawa’id wa Manba’ Al-Fawa’id)
Oleh sebab itu, derajat ibadah yang paling utama dan yang paling tinggi adalah sabar. Sabar itu wajib. Sabar adalah bagian dari iman dan Islam sebagaimana kepala pada jasad. Sebagaimana tidak ada kehidupan bagi jasad yang tanpa kepala, demikian juga keimanan, keimanan tidak boleh tanpa kesabaran.
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِئَايٰتِنَا يُوقِنُونَ
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah 32: Ayat 24)
Al Imam Al Qurthubi dalam tafsir beliau menukilkan ucapan Sahl bin Abdillah At Tasturi: “Sabar ada dua macam yaitu sabar dari bermaksiat kepada Allah maka ini adalah seorang mujahid; dan sabar dalam ketaatan kepada Allah ini yang dinamakan ahli ibadah.”
Allah Azza wa Jalla, berfirman:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوٓا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 96)
Disebutkan di dalam sebuah atsar, perihal orang-orang sabar pada hari kiamat:
“Didatangkan ahlul bala’ pada hari kiamat. Maka mizan tidak ditegakkan untuk mereka, dan catatan amal tidak dibuka untuk mereka. Mereka dilimpahi banyak kenikmatan. Lalu penghuni surga bertanya, lantaran apa mereka menerima semua itu? Ahlu mauqif (orang-orang yang diberdirikan) bertanya, siapa mereka itu, mengapa mereka tidak dihisab? Lalu mereka (malaikat) menjawab, ‘dengan sebab kesabaran mereka.’
Lalu orang-orang yang diberi banyak kenikmatan di dunia berangan angan andai saja badan-badan mereka dicincang dengan gancu karena mereka melihat kebaikan yang diberikan ahlul bala’ dan orang-orang yang bersabar menghadapinya.” (Majma’ Az-Zawa’id wa Manba’ Al-Fawa’id)
Oleh sebab itu, derajat ibadah yang paling utama dan yang paling tinggi adalah sabar. Sabar itu wajib. Sabar adalah bagian dari iman dan Islam sebagaimana kepala pada jasad. Sebagaimana tidak ada kehidupan bagi jasad yang tanpa kepala, demikian juga keimanan, keimanan tidak boleh tanpa kesabaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar