Ummul mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata:
وَمَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بِهَا
"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau, kecuali jika batasan syariat Allah dilanggar, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah." [HR. Bukhari dan Muslim]
Inilah marah yang terpuji dalam Islam, marah karena Allah Azza wa Jalla. Marah dan tidak ridha ketika perintah dan larangan Allah Azza wa Jalla dilanggar oleh manusia. Inilah akhlak mulia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang selalu ridha dengan apa yang Allah ridhai dalam al-Qur'an dan benci atau marah dengan apa yang dicela oleh Allah dalam al-Qur'an.
Sangat mudah orang mengumbar kemarahan saat ini, karena hal sepele bisa berujung perkelahian, seperti: senggolan motor, rebutan jalur saat mengendara, karena di klakson dan banyak hal lain biasa kita lihat dijalanan.
Di tengah kehidupan sehari juga demikian, sesama tetangga tersinggung karena merasa dilecehkan, tawuran pendukung sepakbola karena di ejek timnya kalah atau tawuran antar kampung dan kampus karena di picu hal-hal sepele. Mudahnya tersulut emosi karena banyak faktor; pendidikan yang rendah, kehidupan/ekonomi yang makin sulit, lemahnya iman dan faktor lain yang membuat akal sehat tidak lagi berfungsi.
Islam sebagai agama yang sempurna juga mempunyai aturan tentang marah. Marah dibolehkan ketika kehormatan Allâh Azza wa Jalla (Islam) di langgar, marah dilarang karena dorongan perbedaan etnis, kelompok, golongan atau kebangsaan (’ashabiyah).
Kita bisa belajar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kapan dan bagaimana Beliau marah. Rasulullah adalah manusia yang paling mampu mengendalikan dirinya, paling bagus akhlaknya, penyayang dan lembut sifatnya. Kemarahan Beliau hanya karena Allah Azza wa Jalla.
وَمَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بِهَا
"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau, kecuali jika batasan syariat Allah dilanggar, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah." [HR. Bukhari dan Muslim]
Inilah marah yang terpuji dalam Islam, marah karena Allah Azza wa Jalla. Marah dan tidak ridha ketika perintah dan larangan Allah Azza wa Jalla dilanggar oleh manusia. Inilah akhlak mulia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang selalu ridha dengan apa yang Allah ridhai dalam al-Qur'an dan benci atau marah dengan apa yang dicela oleh Allah dalam al-Qur'an.
Sangat mudah orang mengumbar kemarahan saat ini, karena hal sepele bisa berujung perkelahian, seperti: senggolan motor, rebutan jalur saat mengendara, karena di klakson dan banyak hal lain biasa kita lihat dijalanan.
Di tengah kehidupan sehari juga demikian, sesama tetangga tersinggung karena merasa dilecehkan, tawuran pendukung sepakbola karena di ejek timnya kalah atau tawuran antar kampung dan kampus karena di picu hal-hal sepele. Mudahnya tersulut emosi karena banyak faktor; pendidikan yang rendah, kehidupan/ekonomi yang makin sulit, lemahnya iman dan faktor lain yang membuat akal sehat tidak lagi berfungsi.
Islam sebagai agama yang sempurna juga mempunyai aturan tentang marah. Marah dibolehkan ketika kehormatan Allâh Azza wa Jalla (Islam) di langgar, marah dilarang karena dorongan perbedaan etnis, kelompok, golongan atau kebangsaan (’ashabiyah).
Kita bisa belajar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kapan dan bagaimana Beliau marah. Rasulullah adalah manusia yang paling mampu mengendalikan dirinya, paling bagus akhlaknya, penyayang dan lembut sifatnya. Kemarahan Beliau hanya karena Allah Azza wa Jalla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar